LOVE is a verb =)

Today is Sunday, God’s day. I’m very blessed of Andreas Nawawi ( our church leader) sermon. The topic is about “Love is a verb” that means love isn’t a noun, but it is a verb that we must do it.. Well, I’m so excited today..

Many point that I got today, if you wanna be loved, u must share your love first although to your enemies, seems like imposible.. Hmm… Love is a mistery according to me, just for examples, Marilyn Monroe, Elvis Presley,ext they are such a populer and rich artist, who didn’t know them, but they ends up their life by suicide, how come people who can get what they want in this life ends up their life like that..
One is the answer, they NEVER feel HAPPY and got LOVE in their life.. “LOVE”, is what we do for someone, object, or what else with sincerely, not what we do JUST FOR OUR SELF.. So, dont ever say “I love you” to your partner even you cant sacrifice for them..

In this time, many adolescent think that “A man LOVE a women to get SEX” and “A women having SEX with a man to get LOVE” , this is extremely wrong perseption.. True love we got from God, not from others, don’t be a “love begger” of someone, dont be a condescending people, be smart guys… Anyway, I got many lesson today, thanks God…

Just this I can share today, be smart, love others, Happy Sunday and God Bless =)

DARI SAYUR MENJADI UANG

This is real story, I made it become an article from short interview at Cengkareng market last Thursday for my article project. The life story of this people were so touched. I'm very thank God now for my daily bread everyday,clothes that I use, family that I have, and my blessed life now. So, dont ever complaint your day, be thankful of your life from NOW !

THURSDAY , OCTOBER 28 , 2010
Di tengah keramaian Pasar Cengkareng, Jakarta Barat, saya bertemu dengan seseorang yang hendak bersiap-siap dengan gerobak sayurnya. Orang tersebut adalah Pak Wahir. Pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah 8 Juni 1976 dengan gerobak sayurnya selalu melintas di kawasan Utama Raya, Sumur Bor, Ganepo, Wadas dan kadang berjalan sampai perumahan Citra Garden I dengan gerobak sayurnya yang sederhana. Pak Wahir merantau ke Jakarta bersama istrinya, Siti (34 tahun) dengan tujuan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik daripada di kampung halamannya.
Sebelum menjadi pedagang sayur keliling, Pak Wahir bekerja di sebuah toko konveksi di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pekerjaan itu ditawarkan oleh tetangganya yang kebetulan adalah pemilik toko konveksi tersebut. Akan tetapi ia tidak nyaman akan pekerjaannya ini karena ruang lingkup yang kurang bebas. Maka, pada tahun 2000, ia mulai membangun usaha barunya dengan modal tabungannya sendiri yaitu berdagang sayur-mayur dari jam 8 pagi hingga jam 6 sore. Dengan gerobak sederhananya ia menjual sayur-sayuran seperti cabai, bayam, jagung, kacang panjang, mentimun, tomat, wortel, kentang, buncis, tahu, tempe, aneka daun bawang, dan sayur lainnya. Selain itu, ia juga menjual buah-buahan seperti pisang, dan juga jajanan seperti kerupuk.
Pak Wahir  sudah dikaruniai 2 orang anak perempuan, Adibah (10 tahun) dan Aminah (3 tahun) dari istrinya, Siti. Ia sangat bersyukur dapat menyekolahkan anak pertamanya yang sekarang sudah duduk di bangku kelas 6 SD 18 PAGI. Ia juga bersyukur akan kehidupannya sekarang ini, meskipun perekonomian keluarganya yang pas-pasan bahkan kekurangan. Meskipun ia termasuk orang yang miskin akan materi, tetapi tidak dengan rohaninya. Di tengah kesulitan hidupnya, ia masih ingat pada Tuhan dan menyempatkan diri untuk sholat, ia selalu berdoa dan meminta agar diberi kesehatan dan kehidupan yang berkecukupan.
Banyak suka duka yang sudah ia lalui selama menjalani aktivitasnya sebagai penjual sayur keliling. Mulai dari keluhan pelanggan akan sayur yang tidak segar sampai keadaan cuaca yang buruk seperti hujan dan banjir. Seperti senin kemarin ia terjebak hujan dan banjir yg tinggi, itu semua menghambatnya untuk berjualan. Bukan untung yang di dapat melainkan kerugian yang harus ditanggungnya. Tetapi semua itu ia jalani dengan sepenuh hati dan tanpa mengeluh sedikitpun. Terik matahari, baju dekil, topi kusam, handuk basah dan bau badan, semua itu tak pernah dihiraukannya karena dengan sayur-sayur inilah ia dapat menghidupi keluarganya, memberikan pendidikan yang tinggi kepada kedua anaknya agar anaknya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan ayahnya. Ia berharap agar anaknya menjadi orang yang sukses di kemudian hari, seperti orang-orang di perkotaan. 

Berikut ini adalah hasil wawancara singkat dengan Pak Wahir.
T          : Sudah berapa lama bapak bekerja sebagai seorang penjual sayur keliling ?
J           : Sudah hampir 10 tahun dek.

T          : Kenapa bapak memilih berjualan sayur daripada yang lain ?
J           : Kalau misalnya saya punya modal lebih besar sih saya mau buka usaha di kampung,
              disini dengan modal 500 ribu saja sudah bisa jualan sayur, tapi kalau di kampung usaha
              kecil-kecil begini susah lakunya dek. Harus usaha yang lebih besar daripada ini.

T          : Sayur yang bapak jual asalnya darimana ? Bapak beli dulu kemudian dijual lagi ?
J           : Semua sayur-sayur ini saya beli di pasar cengkareng jam 5 pagi, kemudian saya mulai
              jualan mulai jam 8 pagi. Yah setiap hari beginilah hidup saya, pergi pagi pulang sore.

T          : Kira-kira penghasilan bapak sehari berapa yah ?
J           : Gak tentu sih biasanya dek, kalau lagi laku bisa sampai 60 ribu, kadang kalau hujan
              cuma bisa 30 ribu atau bisa gak jualan kalau terjebak banjir.

T          : Jadi dengan penghasilan segitu, apa cukup buat sehari-hari pak ?
J           : Sejujurnya sih tidak cukup dek, karena ada 2 tanggungan anak lagi. Istri saya tidak
              bekerja, cuma jadi ibu rumah tangga aja. Kalau gak cukup, yah saya cukup-cukupin.
              Mau gimana lagi, kadang saya juga ngutang sama tetangga untuk bayar uang sekolah
              anak saya.

T          : Apa penghasilan bapak tiap hari hanya untuk keperluan sehari-hari ? Untuk keperluan
              lainnya gimana pak ?
J           : Kadang kalau ada rezeki lebih, hasilnya bisa saya tabung, dan biasanya kalau ada
              keperluan lain atau mendadak, saya bisa memakainya.

T          : Nah pak, setiap orang kan pasti punya keinginan, kalau misalnya bapak ada kesempatan
              atau cukup modal, bapak mau usaha apa selain jual sayur keliling ini ?
J           : Kalau saya punya modal cukup saya mau buka usaha konveksi sendiri. Sebelumnya saya
              sudah berpengalaman dalam konveksi tersebut, jadi saya tahu sedikit banyak tentang
                   pekerjaan ini.

Black Rose


This is my first Film making for my assignment. Just a simple short story and am still learning.. Give some criticism guys and enjoy it.. Thx :D


Why I choose this Major ?

Hello bloggerrr, this is my first blog. Blog ini gw buat karena awalnya ada tugas kuliah saja.. haha.. Hope I can keep in blogging and share what's on my life ^^


Mengapa saya memilih Fakultas Ilmu Komunikasi ?
Ilmu Komunikasi atau yang sering disebut dengan ilkom merupakan jurusan yang memang ingin saya ambil ketika tamat SMA nantinya. Beberapa tahun belakangan ini kita dapat melihat bahwa banyak sekali mahasiswa/i yang memilih jurusan ini, dan tidak mengherankan apabila banyak universitas yang membuka Fakultas Ilmu Komunikasi juga. Seperti yang kita ketahui tentang jurusan komunikasi, disini kita selalu berhadapan dengan banyak orang dan terjun langsung ke masyarakat sana.
Sebagai salah satu akibat dari perkembangan teknologi yang sangat pesat sekarang, banyak alasan yang membuat saya memilih jurusan ini. Adapun alasannya adalah saya ingin mengenal banyak relasi baik di dalam perusahaan maupun di kalangan masyarakat dan bukan hanya itu saja, ini pekerjaan yang benar-benar membutuhkan tanggung jawab penuh. Saya memiliki sifat yang cenderung ingin mengetahui banyak hal dan menemukan hal-hal yang baru yang belum pernah saya tahu. Oleh sebab itu saya berpikir mengapa saya tidak mengambil jurusan ini saja dan sejauh ini saya tidak menyesal menjalaninya.
Sehubungan dengan Fakultas Ilmu Komunikasi, ada pembagian konsentrasi atau penjurusan yang kita ketahui yaitu : Public Relations (PR), Jurnalistik, Periklanan (Advertising). Saya sendiri lebih dominan mengarah ke Public Relations karena mungkin lebih cocok dengan kepribadian saya, tetapi tidak menutup kemungkinan kalau saya ingin mempelajari jurnalistik atau periklanan juga.
Public Relations, jurusan yang kedepannya akan menjadi sangat popular menurut saya, dikarenakan suatu perusahaan harus memiliki seorang public relations. Suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang public relations apabila berhasil mengubah pandangan positif di mata khalayak dan tidak kecil pula gaji atau fee yang akan diterima untuk seorang public relations.
Bagi seorang mahasiswa/i yang memilih suatu fakultas dengan keinginan sendiri tentu berhubungan dengan pekerjaan atau profesi yang ingin mereka capai di masa depan nanti. Saya sendiri sejak kelas SMP sangat menyukai bidang event organizer sehingga timbul pikiran untuk menggeluti bidang tersebut di kemudian hari. Bidang ini sangat membutuhkan kreativitas, imajinasi, dan tanggung jawab yang tinggi untuk menangani suatu event besar. Inilah yang membuat saya semakin tertantang untuk lebih semangat lagi dalam mempelajarinya.